Monday, November 19, 2012

Ada Apa dengan Palestina

Dulu sekali, bangsa Yahudi pernah tinggal di tanah Jerusalem. Saat itu, bangsa Yahudi menjadi bulan-bulanan kerajaan-kerajaan kuat disekitarnya. Akibatnya, tidak hanya sekali dua kali bangsa Yahudi kemudian diserang habis-habisan dan dipaksa untuk meninggalkan Jerusalem. Hal yang mengesankan adalah: tidak peduli seberapa parah mereka dibantai, tidak peduli seberapa jauh mereka terusir, bangsa Yahudi tidak pernah kehilangan semangat untuk kembali ke tanah suci mereka. 

Bangsa Yahudi akhirnya berhasil mendirikan negara Israel di Palestina pada tahun 1948. Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang datang dengan instan. Ia merupakan buah kerja keras dari generasi demi generasi Yahudi yang tidak pernah kehilangan visi untuk kembali ke tanah suci. Segera setelah Israel berdiri, negara-negara arab di sekelilingnya langsung menyatakan perang. Hebatnya, meskipun kalah jumlah, Israel bisa menang melawan negara-negara arab dalam tiga perang yang terjadi.

Bandingkan prestasi Israel tersebut dengan kelakuan umat Islam saat ini. Sekarang baru 64 tahun sejak umat Islam kehilangan Jerusalem. Tapi, semangat untuk mendapatkan kembali tanah tersebut sudah seperti hilang sama sekali. Negara-negara arab yang dulu dengan garang menantang Israel kini menjadi sahabat baik Israel. Umat Islam di belahan dunia lain yang jumlahnya mencapai ratusan juta juga tidak banyak berbicara. Di Indonesia sendiri, persentasi umat islam yang masih paham dan peduli tentang Palestina bisa dihitung dengan jari. 

Lebih parah lagi, bukan cuma umat Islam secara umum yang bertindak konyol. Orang islam di Palestina sendiri pun tidak kalah konyol dalam bertindak. Seperti yang kita ketahui, saat ini umat islam di Palestina terbelah menjadi dua. Gaza dikuasai oleh Hamas sementara Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dalam pemilu pertama Palestina beberapa tahun yang lalu, Hamas memenangkan suara mayoritas tapi Fatah menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Dalam pemilu kedua Palestina yang baru-baru ini diselenggarakan, Fatah memenangkan suara mayoritas tapi Hamas ganti menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Sementara Israel terus menggalakan persatuan dengan mengundang seluruh bangsa Yahudi di dunia untuk tinggal di Israel, umat Islam di Palestina sendiri malah terpecah dan bertengkar antara satu dengan lainnya.

Kita harus mengakui bahwa Israel merupakan negara terkuat di jazirah arab. Kita juga harus memahami bahwa Israel sangat ingin mencaplok lebih banyak tanah Palestina. Oleh karena itu, hal terakhir yang harus dilakukan oleh Palestina adalah memprovokasi Israel dan memberikan mereka alasan untuk menginvasi tanah Palestina. Jadi, serangan roket Hamas yang membuahkan serangan balik besar-besaran Israel terhadap Gaza bukanlah tindakan yang paling cerdas untuk dilakukan.

Jika umat islam ingin mengambil kembali tanah Palestina, maka berikut hal-hal yang harus kita lakukan:

Galakan kembali semangat merebut Palestina

Meskipun secara umum negara-negara Islam sangat lemah, tetapi jumlah umat Islam yang sangat besar tidak bisa diremehkan. Apabila kita bisa mengobarkan kembali semangat umat Islam untuk mendapatkan Jerusalem, maka nilai tawar kita juga akan semakin besar. Dulu, ketika Salahudin hendak memulai perang untuk merebut Jerusalem, Salahudin menggelar festival maulid nabi secara besar-besaran. Berkat maulid tersebut, semangat umat islam kembali meningkat dan Salahudin akhirnya berhasil merebut Jerusalem. Hal ini sangat bisa kita contoh.

Satukan Fatah dan Hamas

Saya yakin perseteruan Fatah dan Hamas adalah perseteruan antar segelintir petinggi kelompok yang ingin memegang kekuasan lebih. Seandainya kepala para petinggi ini dijedotkan ke meja, maka harapan Palestina yang berdaulat akan lebih bisa terlaksanan.

Pindahkan perang dari lapangan ke meja perundingan

Memang tidak bisa dibantah bahwa serangan bom syahid dan roket yang dilakukan oleh Hamas adalah tindakan yang heroik. Tapi sebanyak apapun bom syahid dan roket yang dimiliki Hamas, mereka terlihat seperti mainan anak-anak dibandingkan peralatan militer yang dimiliki oleh Israel. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Hamas untuk meredakan sifat radikalnya. Meskipun kalah di bidang persenjataan, tidak berarti kita juga akan kalah di bidang silat lidah. Bukankah Mahatma Gandhi memerdekakan India lewat jalan damai?

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha. Jika ingin Jerusalem kembali di tangan kita, maka banyak yang bisa dilakukan selain doa.

Sunday, November 18, 2012

Vasektomi Berhadiah

Beberapa hari yang lalu, ada sebuah berita menarik di koran lokal. Berita tersebut bercerita tentang program keluarga berencana terbaru berupa vasektomi berhadiah. Idenya adalah, pemerintah akan menyediakan intensif berupa kambing kepada warga kurang mampu yang bersedia untuk melakukan vasektomi. Sederhana, bukan?

Untuk yang belum tahu, vasektomi adalah praktek menghilangkan kemampuan reproduksi pria/wanita dengan cara menyingkirkan organ reproduksi utama mereka. Dulu, vasektomi dilakukan pada pelayan-pelayan pria di istana kerajaan agar mereka tidak melakukan hal-hal seksual dengan para wanita kerajaan. Di masa kini, vasektomi sering dilakukan pada binatang liar atau binatang peliharaan untuk mengontrol perilaku seksual mereka. Jika dulu vasektomi identik dengan resiko dan rasa sakit yang tidak terkira, kini telah ada metode vasektomi yang aman dan nyaman.

Saat berita tentang program vasektomi berhadiah tersebut diturunkan, baru ada dua orang yang mendaftar program ini. Salah satunya adalah pria yang telah beranak tujuh. Ketika dikonfirmasi, pria tersebut menyatakan bahwa dia tidak melakukan vasektomi tersebut demi mendapatkan hadiah kambing. Dia mengaku tertarik mengikuti program tersebut karena memang merasa sudah punya terlalu banyak anak.

Pertanyaannya, apakah vasektomi berhadiah ini layak untuk dilakukan?

Menurut saya pribadi, vasektomi berhadiah ini adalah sesuatu yang salah baik dari sisi efektivitasnya maupun justifikasinya.

Kita memang harus mengerti bahwa mengimplementasikan program keluarga berencana konvensional seperti penggunaan kondom dan pil KB di Indonesia adalah sesuatu yang sangat sulit. Banyak masyarakat, terutama di kalangan menengah kebawah, yang tidak melaksanakan program KB karena berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan, kurangnya dana, dianggap tidak sesuai dengan ajaran islam, sampai hanya karena malas. Meski begitu, tidak berarti vasektomi berhadiah bisa menjadi solusi.

Sebuah program KB yang baik haruslah bersifat massa. Dengan angka penduduk yang mencapai 200 juta jiwa, perlu dilakukan upaya yang luas dan menyeluruh untuk bisa menekan tingkat pertumbuhan. Masalahnya, vasektomi berhadiah ini jangkauannya terlalu sempit. Misalnya ada 1000 orang yang mendaftar program ini, maka pemerintah harus menguras dana untuk memberikan 1000 kambing kepada mereka. Padahal, 1000 orang yang divasektomi tidak akan banyak membantu mengurangi tingkat pertumbuhan 200 juta masyarakat Indonesia yang lain. Bayangkan apabila dana yang digunakan untuk membeli 1000 kambing tersebut dialihkan ke pengadaan kondom atau pil KB. Tentu jangkauannya akan jauh lebih luas.

Dengan melakukan program vasektomi berhadiah ini, pemerintah seakan-akan mencoba untuk mengambil jalan pintas untuk mengurangi angka pertumbuhan. Mereka seakan menyerah untuk mengedukasi masyarakat golongan menengah kebawah untuk melakukan program KB secara konvensional. Padahal logikanya, apabila golongan menengah keatas dapat mengontrol kelahiran dengan mudah, maka hal yang sama juga dapat dilakukan oleh golongan menengah kebawah. Kuncinya adalah pendidikan yang terus menerus serta subsidi alat bantu program KB. Pendekatan ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan program vasektomi berhadiah.

Selain masalah efektivitasnya, program vasektomi berhadiah ini juga tidak bisa diterima secara etis. Mengiming-imingi orang dari golongan kurang mampu untuk menukar kejantanannya dengan kambing adalah sesuatu yang sangat keterlaluan. Seorang peserta program vasektomi berhadiah memang mengaku tidak mengikuti program tersebut demi mendapatkan kambing, tetap apakah ia tetap akan melakukan vasektomi apabila tidak ada intensif kambing tersebut?

Vasektomi adalah praktek yang tidak bisa dibalikan. Ada banyak dampak fisik, sosial, dan budaya yang akan dilami oleh orang yang melakukan praktek vasektomi. Oleh karena itu, orang yang melakukan vasektomi haruslah orang yang sepenuhnya sadar dan mengerti akan dampak dari vasektomi. Vasektomi tentu tidak dilarang, tapi keinginan untuk melakukan vasektomi harus muncul dari dalam diri sendiri. Bukan karena paksaan atau bujukan orang lain.

Nah, sekarang bayangkan apabila anda sehari-hari hidup dibawah garis kemiskinan. Lalu suatu hari, ada orang yang menawarkan kambing apabila anda melakukan vasektomi. Apakah keinginan anda untuk melakukan vasektomi datang dari diri sendiri? Apakah anda sadar akan dampak dari vasektomi? Atau anda langsung akan tergiur dengan kambing yang bisa mengurangi beban ekonomi anda?

Jika pemerintah ingin memfasilitas orang golongan kurang mampu untuk melakukan vasektomi, maka gratiskanlah vasektomi untuk orang miskin. Jika pemerintah ingin membantu golongan kurang mampu dengan memberi kambing, berilah mereka kambing. Tapi menggabungkan kedua hal ini kedalam satu program adalah hal yang sama sekali tidak bisa diterima.

Ada sanggahan?

Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Di Indonesia, ada tiga tindak kriminalitas yang ditangani oleh ‘lex specialis’, yaitu: narkotika, terorisme, dan korupsi. Nah, lex specialis di bidang narkotika dan terorisme sudah berhasil mengeksekusi (mati, kadang-kadang) banyak sekali para penjahat. Anehnya, lex specialis di bidang korupsi (alias KPK) justru agak sedikit melempem.

Ini terjadi karena dibanding dengan penjahat dibidang terorisme dan narkotika, penjahat yang berkarir di bidang korupsi jauh lebih kuat. Para koruptor ini biasanya duduk di posisi penting dengan pengaruh kuasa yang luar biasa. Kongkalingkongnya juga jauh lebih sakti dibanding Al-Qaeda.

Tapi masih ada harapan. KPK adalah komisi kesayangan rakyat. Berkali-kali KPK yang sudah diujung tanduk akhirnya berhasil diselamatkan oleh suara rakyat. Kok bisa? Karena di negara demokrasi ini, suara rakyat lebih kuat daripada suara tuhan!

Nah, seandainya saya jadi ketua KPK, hal yang akan saya lakukan adalah memaksimalkan dukungan rakyat. Dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa komunikasi yang tampan, tidak akan sulit untuk mendulang dukungan. Saya akan membuat KPK terlihat seperti Daud kecil muda baik hati dan koruptor terlihat seperti Thalut tua besar jahat. Selain itu, saya juga akan menjadi media darling yang lebih canggih dari bapak Abraham Samad.

Setelah yakin bahwa saya mendapat dukungan mutlak dari rakyat, saya akan membeli kuda putih lalu menerobos ruang pertemuan para koruptor yang sedang kongkalingkong sambil berteriak, “Suara rakyat, keparat!”

http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/1007/Salman%20Firdaus.html

Tuesday, November 6, 2012

Resep Marketing 3.0

Hari Sabtu (3/11) yang lalu, kebetulan saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian seminar Pinasthika. Pembicara yang pertama mendapat giliran adalah Bapak S, seorang tokoh enterpreneur muda yang disegani di Indonesia. Bapak S merupakan founder kedai digital dan serangkaian waralaba lainnya. Menariknya, pada sesi seminar itu Bapak S tidak berbicara tentang pengalaman enteurpreneurshipnya yang berlimpah. Beliau malah membahas tentang bidang yang baru ia tekuni selama setahun terakhir: digital charity.

Projek terakhir yang digarap oleh Bapak S adalah Sedekah Rombongan. Intinya, sedekah rombongan adalah gerakan charity berbasis online. Lewat Sedekah Rombongan, Bapak S berhasil mengumpulkan Rp 7,2 Milyar dalam waktu satu tahun dan mengalirkan dana tersebut untuk menolong ratusan masyarakat kurang mampu yang membutuhkan biaya pengobatan mahal. Di akhir acara, Bapak S memberikan kesempatan bagi peserta seminar untuk menyumbangkan dana dan beliau berhasil mengumpulkan Rp 7 juta saat itu juga.

Agak sedikit lucu memang. Seminar Pinasthika yang harusnya bergengsi malah berakhir menjadi seminar klise yang menguras emosi sekaligus menguras isi dompet. Bagaimanapun juga, ada pelajaran yang bisa kita ambil dari sesi seminar tersebut. Kampanye Sedekah Rombongan milik Bapak S adalah contoh kasus fenomenal tentang bagaimana pendekatan marketing 3.0 bisa mendulang partisipasi yang tinggi dan menghasilkan banyak rupiah dalam waktu singkat. Nah, tulisan ini akan mencoba untuk menjelaskan tentang konsep dasar marketing 3.0, integrasinya dengan internet, serta unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dampaknya bisa dimaksimalkan.

Apa itu marketing 3.0?

Marketing 3.0 adalah paradigma pemasaran yang berorientasi pada spiritualitas. Dalam paradigma ini, pemasaran didefinisikan sebagai upaya mengasosiasikan produk dengan sebuah isu sosial sehingga konsumen yang mendukung isu sosial tersebut akan tertarik untuk membeli produk. Beberapa contoh produk yang menggunakan pendekatan marketing 3.0 adalah Bodyshop yang mengaitkan diri dengan isu lingkungan, Oreo yang mengaitkan diri dengan isu obesitas, dan banyak lagi. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi marketing 3.0:

Cari isu yang menarik dan relevan

Pemilihan isu sosial yang tepat adalah langkah awal yang sangat krusial. Baru-baru ini, larutan cap badak mengumumkan dukungan mereka pada konservasi badak. Hal ini adalah langkah yang mengejutkan sekaligus mengundang tawa. Jika larutan cap badak mendukung konservasi badak, jadi Hello Panda harus mendukung panda? Jadi susu bear brand harus mendukung beruang? Jadi Cheetoz harus mendukung cheetah? Tentu tidak.

Tujuan awal dari asosiasi produk dengan isu sosial adalah untuk mendulang dukungan dan rasa kesamaan dengan konsumen. Oleh karena itu, isu sosial yang dipilih haruslah menarik dan relevan dengan target konsumen yang disasar oleh produk. Oreo mengaitkan diri dengan isu pemberantasan obesitas untuk menarik dukungan para ibu sebagai decision maker pembelian Oreo. Body Shop mengaitkan diri dengan isu lingkungan untuk menarik target konsumen primer mereka yang royal sekaligus terobsesi pada kealamian.

Maksimalkan internet

Sedekah rombongan berhasil mengumpulkan Rp 7,2 milyar hanya dengan menggunakan twitter dan website. Hal ini mungkin dilakukan karena yang penting bukanlah berapa banyak jumlah media di internet yang digunakan tetapi integrasi diantaranya. Gunakan tagline yang menarik, sesekali sebar gambar, video, atau musik sebagai teaser, serta pastikan semua media internet yang anda kelola bergerak secara dinamis. Sedekah Rombongan menjadi menarik karena para donor dapat secara langsung memantau aliran uang mereka lewat timeline twitternya. Rencana, staregi, dan setiap pergerakan dari Sedekah Rombongan juga bisa dilihat lewat internet. Hal ini meningkatkan sense of involvement (karena siapapun bisa turut berinteraksi) serta dapat menciptakan buzz di dunia maya.

Make it real

Setelah anda memastikan isu apa yang harus didukung, pastikan produk anda benar-benar melakukan sesuatu yang berarti dalam isu tersebut. Usahakan anda melakukan sesuatu yang cepat dan efektif. Jika tidak, target konsumen primer anda tidak akan merasa tertarik untuk mendukung dan anda bahkan bisa dicap pembual. Sedekah Rombongan disukai oleh banyak orang karena sifatnya yang tidak berbelit-belit. Ada banyak lembaga yang membantu masyarakat kurang mampu baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, tapi Sedekah Rombongan bergerak lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan semua lembaga tersebut. Inilah yang membuat Sedekah Rombongan dapat menarik lebih banyak donor.

Untuk meningkatkan dukungan masyarakat, anda bisa mendramatisasi keadaan dengan melakukan antagonisasi. Sedekah Rombongan selalu mengkritik para politisi dan pemerintah atas kelambatan mereka. “Anda bisa menunggu pemerintah…” kata mereka “…atau langsung bertindak bersama kami,”. Pernyataan ini membuat donor dan calon donor merasa bahwa mereka adalah satu-satunya pihak yang dapat menyelamatkan keadaan dan pemerintah tidak bisa diharapkan.

Brand Activation

Sesekali, anda boleh turun ke lapangan dan mengajak masyarakat untuk berpatisipasi langsung dengan isu yang anda dukung. Kecap Bango yang peduli pada perkembangan usaha kuliner kecil dan menengah pernah melakukan festival jajanan pasar untuk menarik masyarakat. Hal ini berguna untuk meningkatkan citra produk anda sekaligus memperkenalkan idealisme yang anda pegang pada masyarakat luas.

Pemasaran seringkali dikritik sebagai upaya iblis untuk mendongkrak konsumerisme masyarakat. Namun, marketing 3.0 menunjukan bahwa upaya malaikat bisa jadi alternatif yang menarik. Selamat mencoba!

Monday, November 5, 2012

Dewan Perwakilan Ra’ceto


Hari ini, 5 November, diperingati sebagai hari Guy Fawkes. Guy Fawkes adalah seorang militan yang berencana untuk meledakan gedung parlemen Inggris. Alasannya, parlemen Inggris dianggap terlalu memihak satu golongan agama dan menekan golongan agama yang lain. Sialnya, sebelum plotnya berjalan, rencana Guy Fawkes berhasil dicium pihak berwenang. Guy Fawkes akhirnya dihukum mati pada tanggal 5 November. Sampai sekarang, Guy Fawkes hidup di hati kita sebagai pengingat bahwa parlemen tidak selalu berada di sisi yang benar.

Dibawah spirit Guy Fawkes, tulisan singkat ini akan mencoba mengkritisi kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Kita tahu bahwa mayoritas rakyat Indonesia membenci DPR. Tapi apa kita memiliki alasan yang benar untuk membenci? Disini kita akan menganalisis apa saja kecacatan DPR dan kenapa kita harus membenci mereka.

Dari zaman Soekarno….

Setelah Agresi Militer Belanda II selesai pada tahun 1949, Indonesia akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mengatur diri. Salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan adalah membereskan landasan konstitusional berupa Undang-Undang Dasar. Lucunya, proses penggodokan Undang-Undang Dasar ini tidak selesai dalam waktu sepuluh tahun. Republik ini berganti undang-undang tiga kali sebelum akhirnya semuanya menyerah dan UUD 1945 kembali digunakan. Anggota parlemen yang didominasi tiga partai (nasionalis PNI, muslim Masyumi, dan komunis PKI) tidak bisa bersepakat akan apapun. Soekarno sempat gerah dengan parlemen yang defektif tersebut dan mengajukan untuk membubarkan parlemen serta membuat sistem satu partai. Sayangnya, hal itu tidak pernah terjadi.

Secara umum, contoh kasus ini menjadi gambaran kinerja DPR yang tidak pernah berubah sampai sekarang. Hingga kini, DPR tidak pernah lepas dari cap defektif dan inefisien. Tingkat keterselesaian undang-undang yang dicapai DPR selalu rendah. Pembahasan undang-undang selalu molor. Rapat berbiaya mahal yang dilaksanakan berkali-kali tidak pernah mencapai apapun yang berarti. Belum lagi kelakukan anggota DPR yang bolos rapat, tidur saat rapat, bahkan menonton video porno saat rapat. Semua ini menggambarkan betapa ‘tingginya’ semangat wakil-wakil kita tersebut.

Yang penting popularitas…

Saat eropa dilanda krisis, ada dua negara dari benua tersebut yang menunjukan kestabilan: Jerman dan Inggris. Jerman selamat karena budaya kerja keras mereka, sementara Inggris selamat karena satu orang: Margaret Tatcher. The Iron Lady, Margaret Tatcher, terkenal sebagai pemimpin Inggris yang dipuja sekaligus dibenci. Alasannya, kebijakan Tatcher tidak selalu mendukung kenyamanan rakyat. Sebaliknya, kebijakan-kebijakan Tatcher cenderung‘memaksa’ rakyat Inggris untuk memilih antara bekerja keras atau tersingkir. Sadis memang, tapi kebijakan ini efektif untuk menggairahkan kembali perekonomian sang singa yang lama tertidur.

DPR kita adalah kebalikan total dari Margaret Tatcher. Bukannya memaksa masyarakat untuk bekerja lebih keras, DPR kita cenderung mendukung kenyamanan rakyat tanpa memperdulikan dampaknya pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan. 

Saat ini, APBN negara tersedot gila-gilaan oleh subsidi Bahan Bakar Minyak. Pada tahun 2013, diperkirakan harga BBM dan konsumsi BBM masyarakat Indonesia akan terus meningkat. Artinya, akan lebih banyak dana APBN yang digunakan untuk subsidi BBM. Dana-dana yang seharusnya bisa digunakan untuk membangun berbagai infrastruktur industri, pendidikan, dan kesehatan akhirnya akan habis untuk menalangi uang bensin kita. Meski begitu, DPR kita tidak tergerak untuk mengurangi subsidi dan menaikan harga BBM. April lalu, wacana penaikan harga BBM sempat digulirkan namun kemudian DPR ciut dan membatalkan prakarsa tersebut.

Alasan DPR untuk tidak menaikan harga BBM sangat sederhana: pemilu 2014 sudah didepan mata. Peningkatan harga BBM adalah isu yang sensitif. Tidak ada partai yang berani mengambil resiko untuk mengajukan/mendukung mosi peningkatan harga BBM. Mereka semua takut hal tersebut akan menyebabkan popularitas mereka turun. Nah, disini terlihat jelas bahwa bagi para wakil rakyat, popularitas jauh lebih penting dibandingkan kemaslahatan negara.  

Jadi…

Dewan Perwakilan Rakyat adalah salah satu pilar dari demokrasi. Keberadaannya merupakan prasyarat dan indikator demokrasi suatu negara. Pertanyaannya, bagaimana apabila pilar tersebut tidak menyokong negara dan malah membebaninya?

Dua hal yang digambarkan diatas baru merupakan gambaran kecil dari seluruh kecacatan lembaga DPR. Sebelum bermimpi besar dan men-tweet berita-berita baik tentang Indonesia, kita seharusnya menyalurkan energi kita untuk memperbaiki lembaga legislatif kesayangan kita ini. Cara yang paling sederhana adalah mengikuti pemilu dengan cerdas dan bertanggung jawab. Saat ini, KPU telah melakukan terobosan dengan memperketat verifikasi partai layak pemilu. Tugas kita sekarang adalah memantau partai-partai yang lolos verifikasi sekaligus calon-calon yang mereka ajukan. Lalu pada 2014, pastikan anda memilih calon anggota DPR yang tidak cacat.