Dulu sekali, bangsa Yahudi pernah
tinggal di tanah Jerusalem. Saat itu, bangsa Yahudi menjadi bulan-bulanan
kerajaan-kerajaan kuat disekitarnya. Akibatnya, tidak hanya sekali dua kali
bangsa Yahudi kemudian diserang habis-habisan dan dipaksa untuk meninggalkan
Jerusalem. Hal yang mengesankan adalah: tidak peduli seberapa parah mereka
dibantai, tidak peduli seberapa jauh mereka terusir, bangsa Yahudi tidak pernah
kehilangan semangat untuk kembali ke tanah suci mereka.
Bangsa Yahudi akhirnya berhasil
mendirikan negara Israel di Palestina pada tahun 1948. Pencapaian ini bukanlah
sesuatu yang datang dengan instan. Ia merupakan buah kerja keras dari generasi
demi generasi Yahudi yang tidak pernah kehilangan visi untuk kembali ke tanah
suci. Segera setelah Israel berdiri, negara-negara arab di sekelilingnya
langsung menyatakan perang. Hebatnya, meskipun kalah jumlah, Israel bisa menang
melawan negara-negara arab dalam tiga perang yang terjadi.
Bandingkan prestasi Israel
tersebut dengan kelakuan umat Islam saat ini. Sekarang baru 64 tahun sejak umat
Islam kehilangan Jerusalem. Tapi, semangat untuk mendapatkan kembali tanah
tersebut sudah seperti hilang sama sekali. Negara-negara arab yang dulu dengan
garang menantang Israel kini menjadi sahabat baik Israel. Umat Islam di belahan
dunia lain yang jumlahnya mencapai ratusan juta juga tidak banyak berbicara. Di
Indonesia sendiri, persentasi umat islam yang masih paham dan peduli tentang
Palestina bisa dihitung dengan jari.
Lebih parah lagi, bukan cuma umat
Islam secara umum yang bertindak konyol. Orang islam di Palestina sendiri pun
tidak kalah konyol dalam bertindak. Seperti yang kita ketahui, saat ini umat
islam di Palestina terbelah menjadi dua. Gaza dikuasai oleh Hamas sementara
Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dalam pemilu pertama Palestina beberapa tahun
yang lalu, Hamas memenangkan suara mayoritas tapi Fatah menolak mengakui hasil
pemilu tersebut. Dalam pemilu kedua Palestina yang baru-baru ini
diselenggarakan, Fatah memenangkan suara mayoritas tapi Hamas ganti menolak
mengakui hasil pemilu tersebut. Sementara Israel terus menggalakan persatuan
dengan mengundang seluruh bangsa Yahudi di dunia untuk tinggal di Israel, umat
Islam di Palestina sendiri malah terpecah dan bertengkar antara satu dengan
lainnya.
Kita harus mengakui bahwa Israel
merupakan negara terkuat di jazirah arab. Kita juga harus memahami bahwa Israel
sangat ingin mencaplok lebih banyak tanah Palestina. Oleh karena itu, hal
terakhir yang harus dilakukan oleh Palestina adalah memprovokasi Israel dan
memberikan mereka alasan untuk menginvasi tanah Palestina. Jadi, serangan roket
Hamas yang membuahkan serangan balik besar-besaran Israel terhadap Gaza
bukanlah tindakan yang paling cerdas untuk dilakukan.
Jika umat islam ingin mengambil
kembali tanah Palestina, maka berikut hal-hal yang harus kita lakukan:
Galakan kembali semangat merebut
Palestina
Meskipun secara umum
negara-negara Islam sangat lemah, tetapi jumlah umat Islam yang sangat besar
tidak bisa diremehkan. Apabila kita bisa mengobarkan kembali semangat umat
Islam untuk mendapatkan Jerusalem, maka nilai tawar kita juga akan semakin
besar. Dulu, ketika Salahudin hendak memulai perang untuk merebut Jerusalem,
Salahudin menggelar festival maulid nabi secara besar-besaran. Berkat maulid
tersebut, semangat umat islam kembali meningkat dan Salahudin akhirnya berhasil
merebut Jerusalem. Hal ini sangat bisa kita contoh.
Satukan Fatah dan Hamas
Saya yakin perseteruan Fatah dan
Hamas adalah perseteruan antar segelintir petinggi kelompok yang ingin memegang
kekuasan lebih. Seandainya kepala para petinggi ini dijedotkan ke meja, maka
harapan Palestina yang berdaulat akan lebih bisa terlaksanan.
Pindahkan perang dari lapangan ke
meja perundingan
Memang tidak bisa dibantah bahwa
serangan bom syahid dan roket yang dilakukan oleh Hamas adalah tindakan yang heroik.
Tapi sebanyak apapun bom syahid dan roket yang dimiliki Hamas, mereka terlihat
seperti mainan anak-anak dibandingkan peralatan militer yang dimiliki oleh
Israel. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Hamas untuk meredakan sifat
radikalnya. Meskipun kalah di bidang persenjataan, tidak berarti kita juga akan
kalah di bidang silat lidah. Bukankah Mahatma Gandhi memerdekakan India lewat
jalan damai?
Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha. Jika ingin Jerusalem kembali
di tangan kita, maka banyak yang bisa dilakukan selain doa.