Hari Sabtu (3/11) yang lalu,
kebetulan saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian seminar
Pinasthika. Pembicara yang pertama mendapat giliran adalah Bapak S, seorang
tokoh enterpreneur muda yang disegani di Indonesia. Bapak S merupakan founder kedai digital dan serangkaian
waralaba lainnya. Menariknya, pada sesi seminar itu Bapak S tidak berbicara
tentang pengalaman enteurpreneurshipnya yang berlimpah. Beliau malah membahas
tentang bidang yang baru ia tekuni selama setahun terakhir: digital charity.
Projek terakhir yang digarap oleh
Bapak S adalah Sedekah Rombongan. Intinya, sedekah rombongan adalah gerakan charity berbasis online. Lewat Sedekah
Rombongan, Bapak S berhasil mengumpulkan Rp 7,2 Milyar dalam waktu satu tahun
dan mengalirkan dana tersebut untuk menolong ratusan masyarakat kurang mampu
yang membutuhkan biaya pengobatan mahal. Di akhir acara, Bapak S memberikan
kesempatan bagi peserta seminar untuk menyumbangkan dana dan beliau berhasil
mengumpulkan Rp 7 juta saat itu juga.
Agak sedikit lucu memang. Seminar
Pinasthika yang harusnya bergengsi malah berakhir menjadi seminar klise yang
menguras emosi sekaligus menguras isi dompet. Bagaimanapun juga, ada pelajaran
yang bisa kita ambil dari sesi seminar tersebut. Kampanye Sedekah Rombongan
milik Bapak S adalah contoh kasus fenomenal tentang bagaimana pendekatan
marketing 3.0 bisa mendulang partisipasi yang tinggi dan menghasilkan banyak
rupiah dalam waktu singkat. Nah, tulisan ini akan mencoba untuk menjelaskan
tentang konsep dasar marketing 3.0, integrasinya dengan internet, serta
unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dampaknya bisa dimaksimalkan.
Apa itu marketing 3.0?
Marketing 3.0 adalah paradigma
pemasaran yang berorientasi pada spiritualitas. Dalam paradigma ini, pemasaran
didefinisikan sebagai upaya mengasosiasikan produk dengan sebuah isu sosial
sehingga konsumen yang mendukung isu sosial tersebut akan tertarik untuk
membeli produk. Beberapa contoh produk yang menggunakan pendekatan marketing
3.0 adalah Bodyshop yang mengaitkan diri dengan isu lingkungan, Oreo yang
mengaitkan diri dengan isu obesitas, dan banyak lagi. Berikut hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun strategi marketing 3.0:
Cari isu yang menarik dan relevan
Pemilihan isu sosial yang tepat
adalah langkah awal yang sangat krusial. Baru-baru ini, larutan cap badak
mengumumkan dukungan mereka pada konservasi badak. Hal ini adalah langkah yang
mengejutkan sekaligus mengundang tawa. Jika larutan cap badak mendukung
konservasi badak, jadi Hello Panda harus mendukung panda? Jadi susu bear brand harus mendukung beruang? Jadi
Cheetoz harus mendukung cheetah? Tentu tidak.
Tujuan awal dari asosiasi produk
dengan isu sosial adalah untuk mendulang dukungan dan rasa kesamaan dengan
konsumen. Oleh karena itu, isu sosial yang dipilih haruslah menarik dan relevan
dengan target konsumen yang disasar oleh produk. Oreo mengaitkan diri dengan
isu pemberantasan obesitas untuk menarik dukungan para ibu sebagai decision maker pembelian Oreo. Body Shop
mengaitkan diri dengan isu lingkungan untuk menarik target konsumen primer
mereka yang royal sekaligus terobsesi pada kealamian.
Maksimalkan internet
Sedekah rombongan berhasil
mengumpulkan Rp 7,2 milyar hanya dengan menggunakan twitter dan website. Hal
ini mungkin dilakukan karena yang penting bukanlah berapa banyak jumlah media
di internet yang digunakan tetapi integrasi diantaranya. Gunakan tagline yang
menarik, sesekali sebar gambar, video, atau musik sebagai teaser, serta
pastikan semua media internet yang anda kelola bergerak secara dinamis. Sedekah
Rombongan menjadi menarik karena para donor dapat secara langsung memantau
aliran uang mereka lewat timeline twitternya. Rencana, staregi, dan setiap
pergerakan dari Sedekah Rombongan juga bisa dilihat lewat internet. Hal ini meningkatkan
sense of involvement (karena siapapun
bisa turut berinteraksi) serta dapat menciptakan buzz di dunia maya.
Make it real
Setelah anda memastikan isu apa
yang harus didukung, pastikan produk anda benar-benar melakukan sesuatu yang
berarti dalam isu tersebut. Usahakan anda melakukan sesuatu yang cepat dan
efektif. Jika tidak, target konsumen primer anda tidak akan merasa tertarik
untuk mendukung dan anda bahkan bisa dicap pembual. Sedekah Rombongan disukai
oleh banyak orang karena sifatnya yang tidak berbelit-belit. Ada banyak lembaga
yang membantu masyarakat kurang mampu baik dari pemerintah maupun
non-pemerintah, tapi Sedekah Rombongan bergerak lebih cepat dan lebih fleksibel
dibandingkan semua lembaga tersebut. Inilah yang membuat Sedekah Rombongan
dapat menarik lebih banyak donor.
Untuk meningkatkan dukungan
masyarakat, anda bisa mendramatisasi keadaan dengan melakukan antagonisasi. Sedekah
Rombongan selalu mengkritik para politisi dan pemerintah atas kelambatan
mereka. “Anda bisa menunggu pemerintah…” kata mereka “…atau langsung bertindak
bersama kami,”. Pernyataan ini membuat donor dan calon donor merasa bahwa
mereka adalah satu-satunya pihak yang dapat menyelamatkan keadaan dan
pemerintah tidak bisa diharapkan.
Brand Activation
Sesekali, anda boleh turun ke
lapangan dan mengajak masyarakat untuk berpatisipasi langsung dengan isu yang
anda dukung. Kecap Bango yang peduli pada perkembangan usaha kuliner kecil dan
menengah pernah melakukan festival jajanan pasar untuk menarik masyarakat. Hal ini
berguna untuk meningkatkan citra produk anda sekaligus memperkenalkan idealisme
yang anda pegang pada masyarakat luas.
Pemasaran seringkali dikritik
sebagai upaya iblis untuk mendongkrak konsumerisme masyarakat. Namun, marketing
3.0 menunjukan bahwa upaya malaikat bisa jadi alternatif yang menarik. Selamat
mencoba!
No comments:
Post a Comment