Tradisi merayakan ulang tahun
sejatinya merupakan sesuatu yang agak kontroversial. Meskipun sedikit, ada
beberapa golongan umat islam garis keras yang berpendapat bahwa perayaan ulang
tahun itu hukumnya haram. Perayaan tersebut dinilai sebagai tradisi kaum kafir
yang tidak layak untuk diikuti oleh umat Islam. Secara umum, saya tidak setuju
dengan pandangan ini, tetapi fenomena ini cukup menarik untuk kita analisis
secara historis.
Tradisi ulang tahun sendiri
dimulai sejak era paganisme. Zaman dulu, para penganut pagan sangat terobesi
dan sangat kagum terhadap kehidupan. Mereka memiliki banyak sekali ritual yang
merayakan keajaiban kehidupan. Beberapa ritual yang populer adalah ritual untuk
merayakan konsepsi (semua orang di kota diperintahkan untuk berkumpul di satu
lapangan dan melakukan ‘konsepsi’ bersama), ritual yang mensimbolisasikan
kemenangan kehidupan atas kematian (hari natal –sebuah pohon palem didirikan di
rumah-rumah pada hari terpanjang dalam tahun), dan tentu saja ritual ulang
tahun itu sendiri.
Tradisi ulang tahun ini menjadi
begitu spesial bagi orang Pagan karena zaman dulu, bertahan hidup memang
benar-benar sebuah prestasi yang layak dirayakan. Sepanjang waktu mereka
senantiasa diintai oleh peperangan, kelaparan, dan penyakit yang siap untuk
merenggut nyawa kapan saja. Angka harapan hidup berkisar di angka 30 tahun dan
jarang sekali orang yang bisa mencapai usia lanjut. Oleh karena itu, tidak
heran apabila setiap tahun yang bisa mereka lalui dengan selamat akan
benar-benar dianggap sebagai anugrah dan selalu dirayakan.
Lalu kenapa Islam kemudian
memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap perayaan ulang tahun?
Jawabannya sederhana. Berbeda dengan Paganisme yang terobsesi pada kehidupan,
agama Islam (dan agama-agama modern lainnya) justru terobsesi dengan kematian.
Agama Islam memandang kehidupan sebagai sesuatu yang fana. Hal yang penting
menurut Islam adalah apa yang terjadi setelah kehidupan, bukan kehidupan itu
sendiri. Selama hidup, kita dianjurkan untuk bersikap zuhud (tidak terobsesi
pada dunia) dan mempersiapkan bekal untuk akhirat. Dengan cara pandang seperti
ini, tentu saja perayaan kehidupan ala Pagan menjadi sesuatu yang asing dan
‘salah’ bagi Islam.
Kesimpulannya, melabeli perayaan
ulang tahun sebagai ‘tradisi orang kafir’ dengan buta adalah pernyataan yang
tidak adil. Bagaimanapun juga, perayaan ulang tahun memiliki nilai-nilai yang
romantis dan mulia. Meski begitu, sebagai orang Islam kita harus menjaga diri
agar perayaan ulang tahun tidak berkembang menjadi sebuah obsesi berlebihan
akan kehdupan.