Dua hari yang lalu,
Megawati membuat pernyataan yang menarik untuk dianalisis. “Jangan
kambing hitamkan partai politik!” katanya. Pernyataan ini terkait
dengan semakin menurunnya pamor partai politik di Indonesia. Semakin
hari, kepercayaan masyarakat terhadap partai politik semakin rendah.
Kemenangan Jokowi dan Basuki dalam pilkada gubernur DKI Jakarta yang
relatif minim bantuan partai menunjukan bahwa masyarakat Indonesia
sudah mulai ‘memilih tokoh’ dan bukan lagi ‘memilih partai’.
Jika tren ini terus berlanjut, tentu partai-partai politik di
Indonesia akan mengalami kemunduran di masa depan.
Memudarnya pamor partai
politik ini terjadi karena masyarakat mulai melihat partai politik
sebagai biang keladi terpuruknya Indonesia. Kemunculan opini publik
ini memang tidak mengherankan. Setiap hari kita melihat wakil-wakil
rakyat dari berbagai partai politik yang berlagak bak monyet sirkus.
Jarang sekali wakil rakyat yang melakukan perbuatan positif. Kalaupun
ada, hal itu tidak terekspos/diekspos oleh media. Tidak heran apabila
nilai partai politik di mata masyarakat semakin menurun.
Kembali ke pernyataan
Megawati, mantan ibu negara kita ini menyerukan bahwa pandangan
negatif terhadap parpol ini harus dihilangkan. Megawati berpendapat
bahwa secara umum, parpol memberikan dampak yang positif bagi
Indonesia. Parpol memfasilitasi demokrasi serta melakukan kaderisasi
yang membibitkan pemimpin-pemimpin terbaik Indonesia. Kalaupun ada
kader parpol yang melakukan tindakan buruk, hal tersebut adalah
tindakan oknum dan bukan tanggung jawab partai secara keseluruhan.
Pertanyaannya, benarkah
secara umum, partai politik memberikan dampak positif bagi Indonesia?
Sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, kita harus memahami terlebih dahulu esensi dari
partai politik. Partai politik adalah anak kandung dari pemerintahan
bersistem keterwakilan alias demokrasi. Melalui partai politik,
orang-orang yang memiliki visi, idealisme, dan gagasan-gagasan yang
sama dapat bersatu dalam sebuah organisasi sehingga mereka kemudian
memiliki kekuatan yang lebih besar dalam proses politik demokratis.
Bisa dibilang bahwa demokrasi tanpa partai politik adalah demokrasi
yang semu.
Masalahnya, di Indonesia
partai politik sama sekali tidak sesuai dengan definisi ini. Partai
politik di Indonesia tidak lebih dari kumpulan orang yang sama-sama
membutuhkan tunggangan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar.
Hal ini bisa dilihat dari minimnya identitas yang dimiliki oleh
partai politik Indonesia. Apa sebenarnya tujuan Partai Demokrat? Apa
bedanya dengan partai Gerindra? Apakah Partai Kebangkitan Bangsa dan
partai-partai islam lainnya memang ingin menegakan asas-asas islam di
Indonesia? Apa dampaknya apabila Golkar yang menguasai parlemen?
Tidak ada yang jelas.
Semua partai di Indonesia
mendengungkan slogan ekonomi kerakyatan, tapi dari detik pertama
reformasi kiblat perekonomian kita tidak pernah berpindah dari
neo-liberal. Saat PDI yang mengklaim diri sebagai partai nasionalis
tengah berkuasa dulu, pemerintah kita malah menjual asset-aset
nasional yang paling berharga. Partai-partai islam selalu menonjolkan
identitas keislaman mereka, tetapi nyaris tidak ada hal ‘islami’
yang pernah dilakukan oleh anggota DPR-RI dari partai islam. Jadi apa
sebenarnya esensi partai politik di Indonesia?
Di Amerika Serikat,
segalanya lebih jelas dan sederhana. Hanya ada dua partai dan dua
idealisme yang kontras. Partai Demokrat mewakili ideologi liberal dan
Partai Republik mewakili ideologi konservatif. Apabila anda
menginginkan Amerika Serikat yang ‘nyaman’, anda akan memilih
Demokrat karena mereka menjanjikan kesejahteraan sosial dan
keseteraan ekonomi. Apabila anda menginginkan Amerika Serikat yang
‘kuat’, anda akan memilih Republik karena mereka menjanijkan
ekpansi ekonomi dan dominasi di kancah internasional. Meskipun dalam
praktiknya seringkali tidak sesederhana itu, tapi masyarakat Amerika
Serikat mengetahui perbedaan dasar antara dua partai politik yang
mereka punya dan bisa memilih partai yang kiranya sesuai dengan visi,
ideologi, dan gagasan masing-masing.
Jadi, acuhkan sajalah
permintaan Megawati. Partai politik di Indonesia tidak hanya harus
kita kambing hitamkan tapi juga harus kita tuntut agar berubah. Tahun
ini, KPU memperketat syarat partai politik yang ingin berlaga di
pemilu 2014. Langkah ini haruslah kita apresiasi. Dengan memperketat
syarat dan proses verifikasi, maka partai politik abal-abal bisa
dibunuh sebelum ia memberi dampak negatif di Indonesia. Semoga
tindakan KPU ini menjadi langkah awal dalam perjalanan panjang untuk
memperbaiki kualitas partai politik di Indonesia.
No comments:
Post a Comment