Latar belakang…
Setiap menjelang
natal, pasti muncul satu debat yang seru. Debat tersebut berkutat dalam isu
pengucapan selamat natal bagi orang muslim. Hal ini menjadi menarik karena di
satu sisi, ada orang yang percaya bahwa pengucapan selamat natal itu boleh dan
perlu karena ia merupakan tanda toleransi. Di sisi lain, ada juga orang yang
percaya bahwa pengucapan selamat natal itu haram hukumnya bagi orang muslim.
Lucu memang, bagaimana hal sekecil pengucapan ‘selamat natal’ bisa menjadi bahan
perdebatan besar.
Sebagai informasi,
penulis sendiri berada di pihak orang yang percaya bahwa pengucapan selamat
natal itu haram hukumnya. Kepercayaan ini penulis dapat setelah mendengar
sebuah ceramah dari ustadz yang kebetulan cukup dekat dengan saya. Jujur, saya
tidak begitu mengingat dalil-dalil dibalik pengharaman pengucapan selamat natal
bagi orang muslim. Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya akan mengemukakan
pendapat logis pribadi saya mengenai isu ini.
Sebenarnya apa sih esensi pengucapan selamat?
Tahukah anda
bahwa Belanda tidak pernah mengucapkan ‘selamat ulang tahun, Indonesia’ pada
tanggal 17 Agustus? Alasannya, Belanda memandang bahwa Indonesia baru merdeka setelah
Konferensi Meja Bundar tahun 1950. Apabila mereka mengucapkan ‘selamat ulang
tahun, Indonesia’ pada tanggal 17 Agustus, maka mereka mengakui bahwa Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945. Artinya, mereka mengakui bahwa pendudukan mereka
di Indonesia pada 1945 – 1950 adalah tindakan ilegal. Berat kan konsekuensinya?
Pesan moralnya
adalah, pengucapan selamat memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekedar
‘turut bahagia’. Pengucapan selamat berarti pengakuan mengenai hal yang sedang
dirayakan. That’s that. Secara hukum internasional, secara tata bahasa, secara
apapun juga kalian mencoba ngeles, itulah makna dari pengucapan selamat.
Terus apa implikasi dari esensi tersebut?
Hari natal
adalah hari yang memperingati kelahiran Yesus sebagai anak tuhan. Apabila kita
mengucapkan selamat natal, artinya kita mengakui bahwa Yesus merupakan anak
tuhan. Dari sudut pandang agama, hal ini termasuk dosa Syirik yang notabene
paling besar tingkatannya.
Jadi harus ngapain dong?
Buat orang
kristiani, tolong pahami bahwa tidak mengucapkan selamat bukan berarti tidak
toleran. Kami toleran kok sama perayaan kalian, kami sayang kok sama kalian,
tapi aturan dari sananya emang gak boleh ngucapin. Lagian, kita ngucapin atau
gak ngucapin juga ga begitu pengaruh kan sama kinerja Santa Claus?
Buat orang islam,
sebaiknya sih enggak ngucapin selamat natal. Tunjukin toleransi kalian dengan
cara-cara lain yang enggak beresiko dosa. Tapi kalau dipikir-pikir, kebanyakan
orang islam seusia kita tuh kerjanya emang bikin dosa. Kita jarang solat, ga
ngejaga khalwat, ngumbar aurat, dan banyak lagi. Jadi kayaknya ga begitu ngaruh
juga deh kalau ditambah dosa ngucapin selamat.
No comments:
Post a Comment