Thursday, March 14, 2013

Economic Buble for Beginners

Sekitar tahun 2008 lalu, saat krisis ekonomi Amerika Serikat sedang hangat-hangatnya, kita sering sekali mendengar istilah 'economic bubble'. Diceritakan bahwa krisis ekonomi terbesar di era modern tersebut disebabkan oleh sang gelembung ekonomi yang misterius. Tapi apa sebenarnya makna dari gelembung ekonomi? Kenapa gelembung ini bisa menciptakan krisis? Apa yang bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya gelembung?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, kita harus memahami bahwa sistem ekonomi modern yang kita miliki saat ini lahir dari serangkaian proses trial and error. Sepanjang sejarah, ada beberapa kejadian konyol yang di satu sisi menghancurkan ekonomi manusia tapi di sisi lain juga membuat manusia lebih memahami prinsip-prinsip ekonomi. Misalnya, saat uang kertas pertama kali ditemukan di Cina, semua orang begitu takjub dengan betapa mudahnya uang kertas diproduksi sampai-sampai mereka kemudian memutuskan untuk mencetak uang sebanyak-banyaknya. Sialnya, uang kertas yang membludak membuat nilai uang kertas tersebut menurun. Akhirnya inflasi terjadi dan semua orang berakhir bangkrut. Peristiwa naas ini membuat banyak orang mati kelaparan, tapi setidaknya manusia mulai mengerti bahwa jumlah uang kertas harus dijaga agar peristiwa serupa tidak terulang.

Sama seperti inflasi, economic bubble juga lahir dari peristiwa kocak biasa yang berujung pada krisis ekonomi dan kelaparan dimana-mana. Peristiwa tersebut terjadi di Belanda (waktu itu masih bernama Serikat Provinsi Netherlands) pada abad 17. Saat itu, Belanda tengah mengalami kemajuan ekonomi yang besar-besaran akibat eksplorasinya yang sukses di Hindia Belanda. Ditengah kemajuan ekonomi tersebut, muncul sebuah varietas baru bunga Tulip yang lebih indah daripada tulip biasa. Dalam waktu singkat, bunga tulip baru ini langsung digilai orang Belanda. Harganya menanjak dalam waktu singkat sampai-sampai harga sekantung bibit tulip setara dengan gaji pegawai biasa selama 20 tahun. Orang-orang pun semakin giat membeli tulip untuk kepentingan investasi.

Para investor malang tersebut awalnya memang menengak keuntungan karena harga tulip terus meningkat pesat, tapi kemudian muncul satu titik jenuh dimana orang-orang tidak lagi menyukai tulip dan/atau harga tulip sudah melambung sampai tingkat yang tidak rasional. Akhirnya tidak ada lagi orang yang ingin membeli tulip. Harga tulip terjun bebas dan para investor yang terkejut harus gulung tikar dimana-mana.

Fenomena inilah yang disebut dengan economic bubble. Suatu peristiwa dimana harga sebuat komoditas terbang tinggi seperti gelembung dalam waktu singkat, tapi karena kerapuhan alamiah komoditas tersebut akhirnya sang gelembung pecah dan harga turun sampai ke titik nol. 

Di Amerika Serikat, economic bubble terjadi dalam sektor properti. Selama beberapa tahun, harga tanah dan rumah terus meningkat pesat dari tahun ke tahun sampai akhirnya sang gelembung pecah. Harga properti turun drastis dan semua investor atau kreditor properti langsung morat marit. Tidak berhenti sampai disitu, pecahnya gelembung properti ini merembet kemana-mana dan menyeret Amerika Serikat dan Uni Eropa ke krisis yang tak berujung.

Peristiwa pecahnya gelembung seperti ini memang sangat menyeramkan, tapi kita bisa menghindarinya asal kita mau belajar dari sejarah. Sekarang di Yogyakarta, harga tanah dan properti sedang mengalami kenaikan yang signifikan. Apakah kenaikan ini juga merupakan sebuah gelembung? Kalaupun iya, apakah ia akan pecah dalam waktu dekat? Apabila ini memang merupakan sebuah gelembung, sebaiknya anda jangan dekat-dekat saat gelembung itu pecah.