Monday, November 19, 2012

Ada Apa dengan Palestina

Dulu sekali, bangsa Yahudi pernah tinggal di tanah Jerusalem. Saat itu, bangsa Yahudi menjadi bulan-bulanan kerajaan-kerajaan kuat disekitarnya. Akibatnya, tidak hanya sekali dua kali bangsa Yahudi kemudian diserang habis-habisan dan dipaksa untuk meninggalkan Jerusalem. Hal yang mengesankan adalah: tidak peduli seberapa parah mereka dibantai, tidak peduli seberapa jauh mereka terusir, bangsa Yahudi tidak pernah kehilangan semangat untuk kembali ke tanah suci mereka. 

Bangsa Yahudi akhirnya berhasil mendirikan negara Israel di Palestina pada tahun 1948. Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang datang dengan instan. Ia merupakan buah kerja keras dari generasi demi generasi Yahudi yang tidak pernah kehilangan visi untuk kembali ke tanah suci. Segera setelah Israel berdiri, negara-negara arab di sekelilingnya langsung menyatakan perang. Hebatnya, meskipun kalah jumlah, Israel bisa menang melawan negara-negara arab dalam tiga perang yang terjadi.

Bandingkan prestasi Israel tersebut dengan kelakuan umat Islam saat ini. Sekarang baru 64 tahun sejak umat Islam kehilangan Jerusalem. Tapi, semangat untuk mendapatkan kembali tanah tersebut sudah seperti hilang sama sekali. Negara-negara arab yang dulu dengan garang menantang Israel kini menjadi sahabat baik Israel. Umat Islam di belahan dunia lain yang jumlahnya mencapai ratusan juta juga tidak banyak berbicara. Di Indonesia sendiri, persentasi umat islam yang masih paham dan peduli tentang Palestina bisa dihitung dengan jari. 

Lebih parah lagi, bukan cuma umat Islam secara umum yang bertindak konyol. Orang islam di Palestina sendiri pun tidak kalah konyol dalam bertindak. Seperti yang kita ketahui, saat ini umat islam di Palestina terbelah menjadi dua. Gaza dikuasai oleh Hamas sementara Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dalam pemilu pertama Palestina beberapa tahun yang lalu, Hamas memenangkan suara mayoritas tapi Fatah menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Dalam pemilu kedua Palestina yang baru-baru ini diselenggarakan, Fatah memenangkan suara mayoritas tapi Hamas ganti menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Sementara Israel terus menggalakan persatuan dengan mengundang seluruh bangsa Yahudi di dunia untuk tinggal di Israel, umat Islam di Palestina sendiri malah terpecah dan bertengkar antara satu dengan lainnya.

Kita harus mengakui bahwa Israel merupakan negara terkuat di jazirah arab. Kita juga harus memahami bahwa Israel sangat ingin mencaplok lebih banyak tanah Palestina. Oleh karena itu, hal terakhir yang harus dilakukan oleh Palestina adalah memprovokasi Israel dan memberikan mereka alasan untuk menginvasi tanah Palestina. Jadi, serangan roket Hamas yang membuahkan serangan balik besar-besaran Israel terhadap Gaza bukanlah tindakan yang paling cerdas untuk dilakukan.

Jika umat islam ingin mengambil kembali tanah Palestina, maka berikut hal-hal yang harus kita lakukan:

Galakan kembali semangat merebut Palestina

Meskipun secara umum negara-negara Islam sangat lemah, tetapi jumlah umat Islam yang sangat besar tidak bisa diremehkan. Apabila kita bisa mengobarkan kembali semangat umat Islam untuk mendapatkan Jerusalem, maka nilai tawar kita juga akan semakin besar. Dulu, ketika Salahudin hendak memulai perang untuk merebut Jerusalem, Salahudin menggelar festival maulid nabi secara besar-besaran. Berkat maulid tersebut, semangat umat islam kembali meningkat dan Salahudin akhirnya berhasil merebut Jerusalem. Hal ini sangat bisa kita contoh.

Satukan Fatah dan Hamas

Saya yakin perseteruan Fatah dan Hamas adalah perseteruan antar segelintir petinggi kelompok yang ingin memegang kekuasan lebih. Seandainya kepala para petinggi ini dijedotkan ke meja, maka harapan Palestina yang berdaulat akan lebih bisa terlaksanan.

Pindahkan perang dari lapangan ke meja perundingan

Memang tidak bisa dibantah bahwa serangan bom syahid dan roket yang dilakukan oleh Hamas adalah tindakan yang heroik. Tapi sebanyak apapun bom syahid dan roket yang dimiliki Hamas, mereka terlihat seperti mainan anak-anak dibandingkan peralatan militer yang dimiliki oleh Israel. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Hamas untuk meredakan sifat radikalnya. Meskipun kalah di bidang persenjataan, tidak berarti kita juga akan kalah di bidang silat lidah. Bukankah Mahatma Gandhi memerdekakan India lewat jalan damai?

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha. Jika ingin Jerusalem kembali di tangan kita, maka banyak yang bisa dilakukan selain doa.

No comments:

Post a Comment