Friday, December 28, 2012

Korupsi di Indonesia at a Glance


Korupsi sebenarnya adalah bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi. Mulai dari negara demokrasi pemula seperti Indonesia sampai negara demokrasi yang berpengalaman seperti Belanda pasti digerogoti oleh korupsi. Dari sudut pandang tertentu, kita bahkan bisa mengatakan bahwa korupsi-lah yang membuat sebuah negara berjalan. Logikanya, semakin banyak proyek pemerintahan, semakin banyak peluang korupsi yang bisa dilakukan anggota dewan. Oleh karena itu, para anggota dewan legislatif dan eksekutif kemudian menciptakan sebanyak mungkin proyek pemerintahan. Berkat hubungan yang absurd ini, di satu sisi negara semakin maju oleh proyek-proyek pemerintah sementara di sisi lain anggota dewan juga dapat mendulang emas. 

Untuk memahami korupsi, kita harus mengerti bahwa orang-orang yang duduk di pemerintahan bukanlah malaikat. Mereka bukanlah idealis-idealis yang bertujuan untuk membaktikan diri pada kemaslahatan negara. Sebaliknya, mereka hanyalah orang biasa yang butuh makan dan punya hawa nafsu. Mereka mengincar posisi pemerintahan karena posisi tersebut dapat memberikan kekuasaan (power) dan akses yang lebih besar terhadap sumber daya (resources). Karena sifat alami tersebut, maka seperti kata Lord Acton: power tends to corrupt. Orang-orang yang berkuasa dalam pemerintahan akan cenderung memanfaatkannya untuk kepentingan dirinya sendiri.

Sistem demokrasi modern kemudian diciptakan untuk membatasi sifat alami tersebut. Lewat sistem pemerintahan keterwakilan yang ditentukan oleh masyarakat, maka orang-orang yang duduk di bangku kekuasaan harus berhati-hati agar tidak dipandang tidak becus oleh masyarakat. Disini kemudian tercipta keseimbangan yang rapuh antara keinginan sang wakil rakyat untuk melakukan korupsi dengan kemampuan rakyat untuk memecat wakil rakyat yang korup. Akhirnya, korupsi tentu tetap ada tapi dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan skala terbatas agar tidak memicu amarah masyarakat.

Keseimbangan inilah yang tidak ada di Indonesia. Masyarakat Indonesia belum bisa mengawasi pemerintahan dan memilih dengan cerdas. Akibatnya, para anggota dewan pemerintahan tidak segan-segan melakukan korupsi. Korupsi dengan skala ‘luar biasa bodoh’ pun terjadi dimana-mana. Dana persiapan Sea Games dikorupsi sampai persiapannya kacau balau, dana pembangunan Stadiun Hambalang dikorupsi sampai stadiunnya tidak kunjung jadi, dana pembangunan jembatan dikorupsi sampai jembatannya ambruk dalam waktu singkat, dan lain-lain. Padahal kegagalan dalam proyek-proyek tersebut tentu mengirim sinyal besar bahwa ada yang tidak beres. Sama saja seperti mengetuk gedung KPK dan berteriak “Saya korupsi lho, pak!”

Selain karena gagalnya mekanisme keseimbangan demokratis, korupsi gila-gilaan di Indonesia juga disebabkan oleh mahalnya biaya pembelian kursi. Untuk memenangi pemilu, calon anggota dewan seringkali harus mengeluarkan biaya besar dari kocek pribadi. Dalam pemilu yang ideal, partai politik akan memilih beberapa kandidat dan membantu membiayai kandidat tersebut untuk berkampanye. Di Indonesia, malah kita yang harus membayar partai agar dipilih menjadi kandidat dan mendapatkan nomer urut yang tinggi. Dalam pemilu yang ideal, ada badan yang mengawasi dan mengatur manajemen pendanaan kampanye. Di Indonesia, kandidat dituntut untuk merogoh kocek sedalam-dalamnya tanpa batas untuk memperbesar kemungkinan menang. Bisa ditebak, balik modal merupakan agenda utama yang dikejar oleh para kandidat yang berhasil terpilih.

Banyak orang yang berkata bahwa budaya korupsi di Indonesia itu turunan dari Belanda. Menurut saya itu omong kosong. Budaya korupsi itu muncul dari kebodohan masyarakat dan kecacatan sistem di Indonesia.  

Tuesday, December 25, 2012

Selamat Natal?


Latar belakang…

Setiap menjelang natal, pasti muncul satu debat yang seru. Debat tersebut berkutat dalam isu pengucapan selamat natal bagi orang muslim. Hal ini menjadi menarik karena di satu sisi, ada orang yang percaya bahwa pengucapan selamat natal itu boleh dan perlu karena ia merupakan tanda toleransi. Di sisi lain, ada juga orang yang percaya bahwa pengucapan selamat natal itu haram hukumnya bagi orang muslim. Lucu memang, bagaimana hal sekecil pengucapan ‘selamat natal’ bisa menjadi bahan perdebatan besar.

Sebagai informasi, penulis sendiri berada di pihak orang yang percaya bahwa pengucapan selamat natal itu haram hukumnya. Kepercayaan ini penulis dapat setelah mendengar sebuah ceramah dari ustadz yang kebetulan cukup dekat dengan saya. Jujur, saya tidak begitu mengingat dalil-dalil dibalik pengharaman pengucapan selamat natal bagi orang muslim. Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya akan mengemukakan pendapat logis pribadi saya mengenai isu ini.

Sebenarnya apa sih esensi pengucapan selamat?

Tahukah anda bahwa Belanda tidak pernah mengucapkan ‘selamat ulang tahun, Indonesia’ pada tanggal 17 Agustus? Alasannya, Belanda memandang bahwa Indonesia baru merdeka setelah Konferensi Meja Bundar tahun 1950. Apabila mereka mengucapkan ‘selamat ulang tahun, Indonesia’ pada tanggal 17 Agustus, maka mereka mengakui bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Artinya, mereka mengakui bahwa pendudukan mereka di Indonesia pada 1945 – 1950 adalah tindakan ilegal. Berat kan konsekuensinya?

Pesan moralnya adalah, pengucapan selamat memiliki makna yang jauh lebih dalam dari sekedar ‘turut bahagia’. Pengucapan selamat berarti pengakuan mengenai hal yang sedang dirayakan. That’s that. Secara hukum internasional, secara tata bahasa, secara apapun juga kalian mencoba ngeles, itulah makna dari pengucapan selamat.

Terus apa implikasi dari esensi tersebut?

Hari natal adalah hari yang memperingati kelahiran Yesus sebagai anak tuhan. Apabila kita mengucapkan selamat natal, artinya kita mengakui bahwa Yesus merupakan anak tuhan. Dari sudut pandang agama, hal ini termasuk dosa Syirik yang notabene paling besar tingkatannya.

Jadi harus ngapain dong?

Buat orang kristiani, tolong pahami bahwa tidak mengucapkan selamat bukan berarti tidak toleran. Kami toleran kok sama perayaan kalian, kami sayang kok sama kalian, tapi aturan dari sananya emang gak boleh ngucapin. Lagian, kita ngucapin atau gak ngucapin juga ga begitu pengaruh kan sama kinerja Santa Claus?

Buat orang islam, sebaiknya sih enggak ngucapin selamat natal. Tunjukin toleransi kalian dengan cara-cara lain yang enggak beresiko dosa. Tapi kalau dipikir-pikir, kebanyakan orang islam seusia kita tuh kerjanya emang bikin dosa. Kita jarang solat, ga ngejaga khalwat, ngumbar aurat, dan banyak lagi. Jadi kayaknya ga begitu ngaruh juga deh kalau ditambah dosa ngucapin selamat.

Thursday, December 13, 2012

Winter is Coming

“Kita terlena dan melewatkan kesempatan. Bukannya meningkatkan infrastruktur dan memperkuat sendi ekonomi, kita justru menghambur-hamburkan uang dalam sektor yang tidak memiliki keuntungan jangka panjang.”
 
Kalimat diatas merupakan curhatan perdana menteri Italia mengenai krisis ekonomi kronis yang melanda negaranya. Kalimat ini juga kurang lebih menjelaskan mengapa negara-negara eropa yang selama ini dipandang memiliki standar ekonomi dan sosial tinggi ternyata bisa kocar-kacir dalam sekejap. Saat musim panas, negara-negara eropa tersebut berpikir bahwa musim dingin tidak akan pernah datang. Alhasil saat musim dingin menerjang, semuanya kalang kabut. 
 
Saat ini, Indonesia berhasil mencacatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6%. Saat Amerika Serikat dan Eropa limbung, saat Jepang mengalami resesi, saat Timur Tengah hancur berantakan, Indonesia seakan tak terpengaruh dan terus menghasilkan angka-angka positif. Meskipun masih ada catatan kritis tentang ketidakmerataan pertumbuhan terutama di wilayah timur negeri, prestasi ini tetaplah merupakan sesuatu yang layak diapresiasi.
 
Meski begitu, tidak berarti Indonesia bisa bersantai. Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi ini kebanyakan disokong oleh sektor investasi dan sektor konsumsi. Artinya, pertumbuhan ekonomi ini tidak berdiri diatas sektor padat karya yang self-sustaining tapi hanya berdiri di atas pilar yang keropos. Sektor investasi sangat bergantung pada perilaku investor asing yang bisa kapan saja menarik investasinya. Sementara itu, sektor konsumsi sangat bergantung pada daya beli kelas menengah baru di Indonesia yang juga mendapatkan kekuatan dari sektor investasi asig. Apabila investor asing menarik investasinya di Indonesia, maka dua pilar keropos yang menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia ini akan kolaps dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa berpikir dalam paradgima ‘winter is coming’. Masa pertumbuhan ekonomi yang manis ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri. Anggaran negara harus disalurkan ke sektor-sektor produktif yang bisa menghasilkan keuntungan jangka panjang. Pemborosan disektor non-produktif seperti subsidi BBM harus diminimalkan. Infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, dan birokrasi harus dibenahi. Kita harus senantiasa bergerak dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi dan kita harus siap untuk itu.

Ada baiknya kita mengambil krisis uni eropa sebagai contoh. Kita bisa menjadi Italia yang hidup santai, terlena, dan berakhir porak-poranda, atau kita bisa menjadi Jerman yang terus mempersiapkan fondasi ketahanan ekonomi sedari awal dan dapat bertahan baik ketika krisis datang.

What Women Want

Gale    : “Who do you think Katniss will choose between you and me?
Peeta    : “She’s going to choose the one she won’t survive without.”

Apa sebenarnya yang ada dalam otak wanita ketika mereka memilih pasangan?

Kita seringkali melihat wanita yang berpasangan dengan pria berpenampilan biasa-biasa saja atau wanita yang berpasangan dengan pria berkecerdasan sedang. Dalam kasus yang lebih sering, kita juga acap kali melihat wanita yang berpasangan dengan pria kaya meskipun pria tersebut memiliki kekurangan dalam sisi-sisi vital lainnya. Ada apa dibalik semua ini?
 
Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah artikel menarik di Tempo yang bercerita tentang bagaimana wanita cenderung menyukai pria kurus karena pria kurus memiliki antibodi yang lebih baik dibanding dengan pria gemuk. Nah, para wanita ini kemudian memilih untuk berpasangan dengan para pria kurus agar keturunan mereka kelak dapat mewarisi antibodi tersebut. Menariknya, hal ini terjadi secara alamiah tanpa disadari oleh sang wanita itu sendiri.
 
Jika penelitian tersebut valid (dan kemungkinan besar memang begitu), maka sebenarnya faktor yang membuat wanita memilih pria adalah sesuatu yang sangat dasar dan sangat alamiah. Semua ini bukan tentang cinta, tapi tentang antibodi!
 
Hasil penelitian tersebut mau tidak mau membuat kita teringat dengan teori evolusi Darwin. Dalam teorinya, Darwin berpendapat bahwa ada mekanisme alamiah bernama seleksi alam yang secara konsisten mengeliminasi organisme-organisme lemah di muka bumi. Seleksi alam ini memang kejam, tetapi berkat seleksi alam-lah seluruh organisme di dunia terus berkembang ke arah yang lebih baik. Dalam setiap generasi, individu-individu yang lemah akan mati sementara individu-individu yang kuat akan bereproduksi. Survival of the fittest. Begitu seterusnya hingga generasi yang baru akan selalu lebih baik dari pendahulunya.
 
Secara alamiah, tidak ada organisme yang ingin keturunannya ditelan seleksi alam. Oleh karena itu, seluruh organisme akan berhati-hati dalam memilih pasangan kawin. Individu yang kuat tidak akan mau bereproduksi dengan individu yang lemah karena khawatir keturunannya akan tercemar gen-gen lemah. Dalam hal ini, betina biasanya lebih pemilih karena perannya dalam proses reproduksi lebih besar dibanding pejantan.
 
Lalu bagaimana cara betina mengetahui mana pejantan yang fit dan mana pejantan yang loyo? Ternyata ada beberapa tanda-tanda (cue) pejantan yang akan dipahami betina sebagai ciri-ciri pejantan tangguh. Bagi burung merak, pejantan dengan bulu ekor paling indah dianggap sebagai pejantan paling tangguh (karena dibutuhkan kebersihan, kesehatan, dan ketelatenan untuk menumbuhkan bulu paling indah). Bagi kumbang tanduk, ketangguhan pejantan ditunjukan melalui kemampuan membawa kotoran berukuran besar. Bagi beberapa spesies burung, hal yang serupa ditunjukan melalui kemampuan sang burung jantan dalam membangun sarang yang indah. Nyaris setiap spesies memiliki caranya sendiri dalam memilih sang pejantan tangguh.

Lalu bagaimana dengan manusia? Cue seperti apa yang menandakan para pejantan tangguh?

Sebagai spesies dengan otak paling canggih, manusia memiliki standar-standar yang lebih kompleks. Bagi manusia, makna survive tidak hanya sebatas bertahan hidup. Kemampuan yang dibutuhkan manusia untuk survive juga jauh lebih rumit dari sekedar kemampuan membangun sarang atau kemampuan mengangkat kotoran. Ada kombinasi-kombinasi tertentu antara mekanisme alamiah dengan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi paradigma manusia tentang apa itu survive dan kemampuan apa yang dibutuhkan untuk survive.

Secara sederhana, kita bisa berasumsi bahwa cue yang digunakan wanita untuk menentukan pria mana yang paling fit sangat tergantung pada asumsi individu mengenai makna survive. Bagi wanita yang berpendapat bahwa makna survive adalah kesejahteraan financial, maka status ekonomi pria menjadi cue yang penting. Bagi wanita yang berpendapat bahwa makna survive adalah kesejahteraan rohani, maka religiusitas pria menjadi cue yang penting.

Jadi, pada dasarnya kita digerakan oleh mekanisme alamiah yang sama dengan setiap organisme lain di dunia ini. We’re just a sophisticated animal.

Monday, November 19, 2012

Ada Apa dengan Palestina

Dulu sekali, bangsa Yahudi pernah tinggal di tanah Jerusalem. Saat itu, bangsa Yahudi menjadi bulan-bulanan kerajaan-kerajaan kuat disekitarnya. Akibatnya, tidak hanya sekali dua kali bangsa Yahudi kemudian diserang habis-habisan dan dipaksa untuk meninggalkan Jerusalem. Hal yang mengesankan adalah: tidak peduli seberapa parah mereka dibantai, tidak peduli seberapa jauh mereka terusir, bangsa Yahudi tidak pernah kehilangan semangat untuk kembali ke tanah suci mereka. 

Bangsa Yahudi akhirnya berhasil mendirikan negara Israel di Palestina pada tahun 1948. Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang datang dengan instan. Ia merupakan buah kerja keras dari generasi demi generasi Yahudi yang tidak pernah kehilangan visi untuk kembali ke tanah suci. Segera setelah Israel berdiri, negara-negara arab di sekelilingnya langsung menyatakan perang. Hebatnya, meskipun kalah jumlah, Israel bisa menang melawan negara-negara arab dalam tiga perang yang terjadi.

Bandingkan prestasi Israel tersebut dengan kelakuan umat Islam saat ini. Sekarang baru 64 tahun sejak umat Islam kehilangan Jerusalem. Tapi, semangat untuk mendapatkan kembali tanah tersebut sudah seperti hilang sama sekali. Negara-negara arab yang dulu dengan garang menantang Israel kini menjadi sahabat baik Israel. Umat Islam di belahan dunia lain yang jumlahnya mencapai ratusan juta juga tidak banyak berbicara. Di Indonesia sendiri, persentasi umat islam yang masih paham dan peduli tentang Palestina bisa dihitung dengan jari. 

Lebih parah lagi, bukan cuma umat Islam secara umum yang bertindak konyol. Orang islam di Palestina sendiri pun tidak kalah konyol dalam bertindak. Seperti yang kita ketahui, saat ini umat islam di Palestina terbelah menjadi dua. Gaza dikuasai oleh Hamas sementara Tepi Barat dikuasai oleh Fatah. Dalam pemilu pertama Palestina beberapa tahun yang lalu, Hamas memenangkan suara mayoritas tapi Fatah menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Dalam pemilu kedua Palestina yang baru-baru ini diselenggarakan, Fatah memenangkan suara mayoritas tapi Hamas ganti menolak mengakui hasil pemilu tersebut. Sementara Israel terus menggalakan persatuan dengan mengundang seluruh bangsa Yahudi di dunia untuk tinggal di Israel, umat Islam di Palestina sendiri malah terpecah dan bertengkar antara satu dengan lainnya.

Kita harus mengakui bahwa Israel merupakan negara terkuat di jazirah arab. Kita juga harus memahami bahwa Israel sangat ingin mencaplok lebih banyak tanah Palestina. Oleh karena itu, hal terakhir yang harus dilakukan oleh Palestina adalah memprovokasi Israel dan memberikan mereka alasan untuk menginvasi tanah Palestina. Jadi, serangan roket Hamas yang membuahkan serangan balik besar-besaran Israel terhadap Gaza bukanlah tindakan yang paling cerdas untuk dilakukan.

Jika umat islam ingin mengambil kembali tanah Palestina, maka berikut hal-hal yang harus kita lakukan:

Galakan kembali semangat merebut Palestina

Meskipun secara umum negara-negara Islam sangat lemah, tetapi jumlah umat Islam yang sangat besar tidak bisa diremehkan. Apabila kita bisa mengobarkan kembali semangat umat Islam untuk mendapatkan Jerusalem, maka nilai tawar kita juga akan semakin besar. Dulu, ketika Salahudin hendak memulai perang untuk merebut Jerusalem, Salahudin menggelar festival maulid nabi secara besar-besaran. Berkat maulid tersebut, semangat umat islam kembali meningkat dan Salahudin akhirnya berhasil merebut Jerusalem. Hal ini sangat bisa kita contoh.

Satukan Fatah dan Hamas

Saya yakin perseteruan Fatah dan Hamas adalah perseteruan antar segelintir petinggi kelompok yang ingin memegang kekuasan lebih. Seandainya kepala para petinggi ini dijedotkan ke meja, maka harapan Palestina yang berdaulat akan lebih bisa terlaksanan.

Pindahkan perang dari lapangan ke meja perundingan

Memang tidak bisa dibantah bahwa serangan bom syahid dan roket yang dilakukan oleh Hamas adalah tindakan yang heroik. Tapi sebanyak apapun bom syahid dan roket yang dimiliki Hamas, mereka terlihat seperti mainan anak-anak dibandingkan peralatan militer yang dimiliki oleh Israel. Oleh karena itu, sudah waktunya bagi Hamas untuk meredakan sifat radikalnya. Meskipun kalah di bidang persenjataan, tidak berarti kita juga akan kalah di bidang silat lidah. Bukankah Mahatma Gandhi memerdekakan India lewat jalan damai?

Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum apabila kaum tersebut tidak berusaha. Jika ingin Jerusalem kembali di tangan kita, maka banyak yang bisa dilakukan selain doa.

Sunday, November 18, 2012

Vasektomi Berhadiah

Beberapa hari yang lalu, ada sebuah berita menarik di koran lokal. Berita tersebut bercerita tentang program keluarga berencana terbaru berupa vasektomi berhadiah. Idenya adalah, pemerintah akan menyediakan intensif berupa kambing kepada warga kurang mampu yang bersedia untuk melakukan vasektomi. Sederhana, bukan?

Untuk yang belum tahu, vasektomi adalah praktek menghilangkan kemampuan reproduksi pria/wanita dengan cara menyingkirkan organ reproduksi utama mereka. Dulu, vasektomi dilakukan pada pelayan-pelayan pria di istana kerajaan agar mereka tidak melakukan hal-hal seksual dengan para wanita kerajaan. Di masa kini, vasektomi sering dilakukan pada binatang liar atau binatang peliharaan untuk mengontrol perilaku seksual mereka. Jika dulu vasektomi identik dengan resiko dan rasa sakit yang tidak terkira, kini telah ada metode vasektomi yang aman dan nyaman.

Saat berita tentang program vasektomi berhadiah tersebut diturunkan, baru ada dua orang yang mendaftar program ini. Salah satunya adalah pria yang telah beranak tujuh. Ketika dikonfirmasi, pria tersebut menyatakan bahwa dia tidak melakukan vasektomi tersebut demi mendapatkan hadiah kambing. Dia mengaku tertarik mengikuti program tersebut karena memang merasa sudah punya terlalu banyak anak.

Pertanyaannya, apakah vasektomi berhadiah ini layak untuk dilakukan?

Menurut saya pribadi, vasektomi berhadiah ini adalah sesuatu yang salah baik dari sisi efektivitasnya maupun justifikasinya.

Kita memang harus mengerti bahwa mengimplementasikan program keluarga berencana konvensional seperti penggunaan kondom dan pil KB di Indonesia adalah sesuatu yang sangat sulit. Banyak masyarakat, terutama di kalangan menengah kebawah, yang tidak melaksanakan program KB karena berbagai alasan seperti kurangnya pengetahuan, kurangnya dana, dianggap tidak sesuai dengan ajaran islam, sampai hanya karena malas. Meski begitu, tidak berarti vasektomi berhadiah bisa menjadi solusi.

Sebuah program KB yang baik haruslah bersifat massa. Dengan angka penduduk yang mencapai 200 juta jiwa, perlu dilakukan upaya yang luas dan menyeluruh untuk bisa menekan tingkat pertumbuhan. Masalahnya, vasektomi berhadiah ini jangkauannya terlalu sempit. Misalnya ada 1000 orang yang mendaftar program ini, maka pemerintah harus menguras dana untuk memberikan 1000 kambing kepada mereka. Padahal, 1000 orang yang divasektomi tidak akan banyak membantu mengurangi tingkat pertumbuhan 200 juta masyarakat Indonesia yang lain. Bayangkan apabila dana yang digunakan untuk membeli 1000 kambing tersebut dialihkan ke pengadaan kondom atau pil KB. Tentu jangkauannya akan jauh lebih luas.

Dengan melakukan program vasektomi berhadiah ini, pemerintah seakan-akan mencoba untuk mengambil jalan pintas untuk mengurangi angka pertumbuhan. Mereka seakan menyerah untuk mengedukasi masyarakat golongan menengah kebawah untuk melakukan program KB secara konvensional. Padahal logikanya, apabila golongan menengah keatas dapat mengontrol kelahiran dengan mudah, maka hal yang sama juga dapat dilakukan oleh golongan menengah kebawah. Kuncinya adalah pendidikan yang terus menerus serta subsidi alat bantu program KB. Pendekatan ini memang membutuhkan waktu lama, tetapi hasilnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan program vasektomi berhadiah.

Selain masalah efektivitasnya, program vasektomi berhadiah ini juga tidak bisa diterima secara etis. Mengiming-imingi orang dari golongan kurang mampu untuk menukar kejantanannya dengan kambing adalah sesuatu yang sangat keterlaluan. Seorang peserta program vasektomi berhadiah memang mengaku tidak mengikuti program tersebut demi mendapatkan kambing, tetap apakah ia tetap akan melakukan vasektomi apabila tidak ada intensif kambing tersebut?

Vasektomi adalah praktek yang tidak bisa dibalikan. Ada banyak dampak fisik, sosial, dan budaya yang akan dilami oleh orang yang melakukan praktek vasektomi. Oleh karena itu, orang yang melakukan vasektomi haruslah orang yang sepenuhnya sadar dan mengerti akan dampak dari vasektomi. Vasektomi tentu tidak dilarang, tapi keinginan untuk melakukan vasektomi harus muncul dari dalam diri sendiri. Bukan karena paksaan atau bujukan orang lain.

Nah, sekarang bayangkan apabila anda sehari-hari hidup dibawah garis kemiskinan. Lalu suatu hari, ada orang yang menawarkan kambing apabila anda melakukan vasektomi. Apakah keinginan anda untuk melakukan vasektomi datang dari diri sendiri? Apakah anda sadar akan dampak dari vasektomi? Atau anda langsung akan tergiur dengan kambing yang bisa mengurangi beban ekonomi anda?

Jika pemerintah ingin memfasilitas orang golongan kurang mampu untuk melakukan vasektomi, maka gratiskanlah vasektomi untuk orang miskin. Jika pemerintah ingin membantu golongan kurang mampu dengan memberi kambing, berilah mereka kambing. Tapi menggabungkan kedua hal ini kedalam satu program adalah hal yang sama sekali tidak bisa diterima.

Ada sanggahan?

Andai Aku Menjadi Ketua KPK

Di Indonesia, ada tiga tindak kriminalitas yang ditangani oleh ‘lex specialis’, yaitu: narkotika, terorisme, dan korupsi. Nah, lex specialis di bidang narkotika dan terorisme sudah berhasil mengeksekusi (mati, kadang-kadang) banyak sekali para penjahat. Anehnya, lex specialis di bidang korupsi (alias KPK) justru agak sedikit melempem.

Ini terjadi karena dibanding dengan penjahat dibidang terorisme dan narkotika, penjahat yang berkarir di bidang korupsi jauh lebih kuat. Para koruptor ini biasanya duduk di posisi penting dengan pengaruh kuasa yang luar biasa. Kongkalingkongnya juga jauh lebih sakti dibanding Al-Qaeda.

Tapi masih ada harapan. KPK adalah komisi kesayangan rakyat. Berkali-kali KPK yang sudah diujung tanduk akhirnya berhasil diselamatkan oleh suara rakyat. Kok bisa? Karena di negara demokrasi ini, suara rakyat lebih kuat daripada suara tuhan!

Nah, seandainya saya jadi ketua KPK, hal yang akan saya lakukan adalah memaksimalkan dukungan rakyat. Dengan latar belakang saya sebagai mahasiswa komunikasi yang tampan, tidak akan sulit untuk mendulang dukungan. Saya akan membuat KPK terlihat seperti Daud kecil muda baik hati dan koruptor terlihat seperti Thalut tua besar jahat. Selain itu, saya juga akan menjadi media darling yang lebih canggih dari bapak Abraham Samad.

Setelah yakin bahwa saya mendapat dukungan mutlak dari rakyat, saya akan membeli kuda putih lalu menerobos ruang pertemuan para koruptor yang sedang kongkalingkong sambil berteriak, “Suara rakyat, keparat!”

http://lombablogkpk.tempo.co/index/tanggal/1007/Salman%20Firdaus.html

Tuesday, November 6, 2012

Resep Marketing 3.0

Hari Sabtu (3/11) yang lalu, kebetulan saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti rangkaian seminar Pinasthika. Pembicara yang pertama mendapat giliran adalah Bapak S, seorang tokoh enterpreneur muda yang disegani di Indonesia. Bapak S merupakan founder kedai digital dan serangkaian waralaba lainnya. Menariknya, pada sesi seminar itu Bapak S tidak berbicara tentang pengalaman enteurpreneurshipnya yang berlimpah. Beliau malah membahas tentang bidang yang baru ia tekuni selama setahun terakhir: digital charity.

Projek terakhir yang digarap oleh Bapak S adalah Sedekah Rombongan. Intinya, sedekah rombongan adalah gerakan charity berbasis online. Lewat Sedekah Rombongan, Bapak S berhasil mengumpulkan Rp 7,2 Milyar dalam waktu satu tahun dan mengalirkan dana tersebut untuk menolong ratusan masyarakat kurang mampu yang membutuhkan biaya pengobatan mahal. Di akhir acara, Bapak S memberikan kesempatan bagi peserta seminar untuk menyumbangkan dana dan beliau berhasil mengumpulkan Rp 7 juta saat itu juga.

Agak sedikit lucu memang. Seminar Pinasthika yang harusnya bergengsi malah berakhir menjadi seminar klise yang menguras emosi sekaligus menguras isi dompet. Bagaimanapun juga, ada pelajaran yang bisa kita ambil dari sesi seminar tersebut. Kampanye Sedekah Rombongan milik Bapak S adalah contoh kasus fenomenal tentang bagaimana pendekatan marketing 3.0 bisa mendulang partisipasi yang tinggi dan menghasilkan banyak rupiah dalam waktu singkat. Nah, tulisan ini akan mencoba untuk menjelaskan tentang konsep dasar marketing 3.0, integrasinya dengan internet, serta unsur-unsur yang harus dipenuhi agar dampaknya bisa dimaksimalkan.

Apa itu marketing 3.0?

Marketing 3.0 adalah paradigma pemasaran yang berorientasi pada spiritualitas. Dalam paradigma ini, pemasaran didefinisikan sebagai upaya mengasosiasikan produk dengan sebuah isu sosial sehingga konsumen yang mendukung isu sosial tersebut akan tertarik untuk membeli produk. Beberapa contoh produk yang menggunakan pendekatan marketing 3.0 adalah Bodyshop yang mengaitkan diri dengan isu lingkungan, Oreo yang mengaitkan diri dengan isu obesitas, dan banyak lagi. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi marketing 3.0:

Cari isu yang menarik dan relevan

Pemilihan isu sosial yang tepat adalah langkah awal yang sangat krusial. Baru-baru ini, larutan cap badak mengumumkan dukungan mereka pada konservasi badak. Hal ini adalah langkah yang mengejutkan sekaligus mengundang tawa. Jika larutan cap badak mendukung konservasi badak, jadi Hello Panda harus mendukung panda? Jadi susu bear brand harus mendukung beruang? Jadi Cheetoz harus mendukung cheetah? Tentu tidak.

Tujuan awal dari asosiasi produk dengan isu sosial adalah untuk mendulang dukungan dan rasa kesamaan dengan konsumen. Oleh karena itu, isu sosial yang dipilih haruslah menarik dan relevan dengan target konsumen yang disasar oleh produk. Oreo mengaitkan diri dengan isu pemberantasan obesitas untuk menarik dukungan para ibu sebagai decision maker pembelian Oreo. Body Shop mengaitkan diri dengan isu lingkungan untuk menarik target konsumen primer mereka yang royal sekaligus terobsesi pada kealamian.

Maksimalkan internet

Sedekah rombongan berhasil mengumpulkan Rp 7,2 milyar hanya dengan menggunakan twitter dan website. Hal ini mungkin dilakukan karena yang penting bukanlah berapa banyak jumlah media di internet yang digunakan tetapi integrasi diantaranya. Gunakan tagline yang menarik, sesekali sebar gambar, video, atau musik sebagai teaser, serta pastikan semua media internet yang anda kelola bergerak secara dinamis. Sedekah Rombongan menjadi menarik karena para donor dapat secara langsung memantau aliran uang mereka lewat timeline twitternya. Rencana, staregi, dan setiap pergerakan dari Sedekah Rombongan juga bisa dilihat lewat internet. Hal ini meningkatkan sense of involvement (karena siapapun bisa turut berinteraksi) serta dapat menciptakan buzz di dunia maya.

Make it real

Setelah anda memastikan isu apa yang harus didukung, pastikan produk anda benar-benar melakukan sesuatu yang berarti dalam isu tersebut. Usahakan anda melakukan sesuatu yang cepat dan efektif. Jika tidak, target konsumen primer anda tidak akan merasa tertarik untuk mendukung dan anda bahkan bisa dicap pembual. Sedekah Rombongan disukai oleh banyak orang karena sifatnya yang tidak berbelit-belit. Ada banyak lembaga yang membantu masyarakat kurang mampu baik dari pemerintah maupun non-pemerintah, tapi Sedekah Rombongan bergerak lebih cepat dan lebih fleksibel dibandingkan semua lembaga tersebut. Inilah yang membuat Sedekah Rombongan dapat menarik lebih banyak donor.

Untuk meningkatkan dukungan masyarakat, anda bisa mendramatisasi keadaan dengan melakukan antagonisasi. Sedekah Rombongan selalu mengkritik para politisi dan pemerintah atas kelambatan mereka. “Anda bisa menunggu pemerintah…” kata mereka “…atau langsung bertindak bersama kami,”. Pernyataan ini membuat donor dan calon donor merasa bahwa mereka adalah satu-satunya pihak yang dapat menyelamatkan keadaan dan pemerintah tidak bisa diharapkan.

Brand Activation

Sesekali, anda boleh turun ke lapangan dan mengajak masyarakat untuk berpatisipasi langsung dengan isu yang anda dukung. Kecap Bango yang peduli pada perkembangan usaha kuliner kecil dan menengah pernah melakukan festival jajanan pasar untuk menarik masyarakat. Hal ini berguna untuk meningkatkan citra produk anda sekaligus memperkenalkan idealisme yang anda pegang pada masyarakat luas.

Pemasaran seringkali dikritik sebagai upaya iblis untuk mendongkrak konsumerisme masyarakat. Namun, marketing 3.0 menunjukan bahwa upaya malaikat bisa jadi alternatif yang menarik. Selamat mencoba!