Thursday, December 13, 2012

Winter is Coming

“Kita terlena dan melewatkan kesempatan. Bukannya meningkatkan infrastruktur dan memperkuat sendi ekonomi, kita justru menghambur-hamburkan uang dalam sektor yang tidak memiliki keuntungan jangka panjang.”
 
Kalimat diatas merupakan curhatan perdana menteri Italia mengenai krisis ekonomi kronis yang melanda negaranya. Kalimat ini juga kurang lebih menjelaskan mengapa negara-negara eropa yang selama ini dipandang memiliki standar ekonomi dan sosial tinggi ternyata bisa kocar-kacir dalam sekejap. Saat musim panas, negara-negara eropa tersebut berpikir bahwa musim dingin tidak akan pernah datang. Alhasil saat musim dingin menerjang, semuanya kalang kabut. 
 
Saat ini, Indonesia berhasil mencacatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6%. Saat Amerika Serikat dan Eropa limbung, saat Jepang mengalami resesi, saat Timur Tengah hancur berantakan, Indonesia seakan tak terpengaruh dan terus menghasilkan angka-angka positif. Meskipun masih ada catatan kritis tentang ketidakmerataan pertumbuhan terutama di wilayah timur negeri, prestasi ini tetaplah merupakan sesuatu yang layak diapresiasi.
 
Meski begitu, tidak berarti Indonesia bisa bersantai. Perlu diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi ini kebanyakan disokong oleh sektor investasi dan sektor konsumsi. Artinya, pertumbuhan ekonomi ini tidak berdiri diatas sektor padat karya yang self-sustaining tapi hanya berdiri di atas pilar yang keropos. Sektor investasi sangat bergantung pada perilaku investor asing yang bisa kapan saja menarik investasinya. Sementara itu, sektor konsumsi sangat bergantung pada daya beli kelas menengah baru di Indonesia yang juga mendapatkan kekuatan dari sektor investasi asig. Apabila investor asing menarik investasinya di Indonesia, maka dua pilar keropos yang menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia ini akan kolaps dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, kita harus senantiasa berpikir dalam paradgima ‘winter is coming’. Masa pertumbuhan ekonomi yang manis ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan diri. Anggaran negara harus disalurkan ke sektor-sektor produktif yang bisa menghasilkan keuntungan jangka panjang. Pemborosan disektor non-produktif seperti subsidi BBM harus diminimalkan. Infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, dan birokrasi harus dibenahi. Kita harus senantiasa bergerak dengan keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi dan kita harus siap untuk itu.

Ada baiknya kita mengambil krisis uni eropa sebagai contoh. Kita bisa menjadi Italia yang hidup santai, terlena, dan berakhir porak-poranda, atau kita bisa menjadi Jerman yang terus mempersiapkan fondasi ketahanan ekonomi sedari awal dan dapat bertahan baik ketika krisis datang.

No comments:

Post a Comment